Halaman

Kamis, 17 Maret 2011

Memaknai egiosnya 18th usiaku

Coba pahami makna hidupku 18th, kesemuan duniawi telah membawaku terombang-ambing di dalam nikmatnya dunia yg fana. Sekilas merenung tuk kembali ke garis tujuan hidup yang sebenarnya. Ku takut rezim imanku pada-Nya bereformasi menjadi jauh lebih buruk dari sbelumnya. Masalah demi masalah tak terhindarkan, mungkin itu semua adalah hasil ramuan sikap iman yg belum pandai mengimankan-Nya.
Jeratan segala masalah mungkin belum semuanya ku cicipi di usiaku ini, tetapi kucoba ceritakan dan kusejarahkan untuk siapapun yang "menikmati" cerita hidupku ini.

Bait demi bait ujian hidup pernah ku jalani dan ku nikmati. Sedih, senang, ragu, bosan, bimbang, iri, dengki, bangga, terharu, suka, sayang, bahkan cinta, dan benci pernah menyeruak tertancap di jiwa raga yang terlahir sebagai manusia-Nya.

Sejauh ujian dan masalah yang pernah kulalui, tak pernah kumerasa masalah yang sepelik ini, hidup terasa pudar dikedamaian hati yang tak kunjung datang, persoalan cinta dan iman saling berlomba membunuh citaku, cita yang diinginkan setiap manusia, menjadi manusia yang bisa menghadapi gejolak hawa nafsu dunia tuk mengindahkan akhirat kelak. 

Terkadang kuberfikir adakah cahaya terang yang membawaku keluar dari lubang lembab yang dingin ini?adakah seseorang yang benar-benar memahamiku tuk membantuku keluar? entah itu teman, sahabat, saudara, orangtua, kekasih, musuh bahkan orang yang belum dikenal sebelumnya?adakah seseorang diantara itu yang benar-benar peduli dan mengajakku menuju revolusi dewasaku? ku yakin suatu hari kelak Tuhanku Yang Maha Super mengirimkan petunjuk-Nya untuk diriku yang sedang tergelut di dalam merahnya pertempuran dunia ini.

Orang bilang dengan kedewasaan, manusia bisa menjalani hidup lebih bermakna dengan tanggung jawbnya. Temanku bilang gunakanlah kedewasaan dan kebocahanmu sesuai yang kau butuhkan tuk jalani hidup ini(fleksibel). Mungkin semua anggapan itu ada benarnya, tapi menurutku gejolak hiduplah yang membawa manusia mengakhiri masalahnya, bukan kematangan dalam kedewasaan atau kemanjaan dalam sifat kebocahan. Hidup itu untuk dijalani dan dilalui sesuai jalurnya, jadi menurutku, biarlah waktu yang menunjukkan kedewasaan, jangan memaksa dan dipaksa untuk jadi dewasa. Ya Allah Tuhanku Yang Maha Super, salahkah bila aku beranggapan seperti itu yg menunggu waktu? jika benar salah, izinkanlah aku tuk menyiapkan senjata kedewasaanku tuk lalui hidup ini dengan penuh harapan yg tak berlebihan, sehingga ku dapat lalui garis api yang padam kelak bila ku lintasi dengan senjataku ini (kedewasaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar