Halaman

Rabu, 29 Mei 2013

Aku Bukan Aku

cermin tak membalikan bayang
air jernih tak nampak dasar
daun hijau dingin menjulur akar
tanah rata kaki tak pijak bumi.
apa yang tergumam ?

lidah kasar tak rasa nyaman
telinga redam tak patah bunyi
mulut kaku tak ucap suara
mata putih tak pandang hitam.
apa yang tergetar ?

Aku adalah cahaya, yang menerangi diri
Aku adalah gelap, yang menaungi lainnya
Aku yang terbulat di dalam kotak
"Berlari di bawah gelap, bersembunyi di balik cahaya"

Kemana Aku ?
Aku dimana ?

rindu untuk diriku. aku bukan aku.


Rabu, 08 Mei 2013

Titik

Semua mengalir begitu saja... begitu cepat... tanpa terasa, seakan semuanya terbiasa. titik itu semakin menjadi. tak terbantahkan, tanpa ada yang terhalang...dan terus melebar.

Delapan tahun bukan waktu yang singkat, bermain dengan titik yang terus menghadirkan siksa yang tak terlihat. terkadang merasa ingin mengakhiri saja semuanya. tetapi, bukan untuk itu aku bertahan hingga ruh ditiupkan ke dalam jiwa. aku merasa kacau, tak berguna, segalanya menghitam tak berbayang. saat berandai bisa kuhalangi titik itu melukis di dada saat itu. namun, bukan andai yang akan menyelamatkanmu.

Aku mulai tersadar, akan seperti apa aku kelak saat titik itu terus terlukis. bisa saja gumpalan titik yang membenua dan keras tersemat di dalam dada. hmm.. entahlah...aku lajutkan saja nafasku.

Di sela kelam dalam hariku, aku terus ternikmat dalam nikmat yang khianat. seakan matahari tak mau menyinariku, dan hujan tak pernah membasahi kesadaranku. di kala itu, aku sangat tersepi. membiarkan sobekan di dada menjadi biasa.

Apa aku sudah sekeras itu?
aku selalu berharap sadarku terasa lama, dan menyimpan diriku dalam kesujudan. namun, tak banyak yang mengembalikanku pada lukisan itu kembali. hingga aku tak tau kini bagaimana bentuknya.

Aku pedih tak perih, terlimpahkan penyesalan yang semu. merasa benar saat tersalahi, dan merasa salah saat dibenarkan. kemana sang fitri? aku tak cukup menjaganya. aku tak pandai merawatnya. kemana sang jati? aku tak pantas mendapatnya. aku tak mampu menahannya pergi.

Cahaya, ribuan lantun penyejuk jiwa pernah ku rasa. Cahaya, ribuan hangat senyuman telah menyadariku. namun, aku selau kembali lagi dan lagi.

Cahaya, tak tau semalu apa aku saat bertemu kelak. dengan berlumuran titik yang membenua ini. Cahaya, satu harapku. jika aku telah kehilangan semuanya kelak, pastikan bahwa aku tak kehilangan satu pun harapanku. hanya itu yang akan menuntunku pada titik balik yang terakhir.

Cahaya, tutuplah delapan tahun titik gelapku untuk hari ini yang terakhir kalinya. semoga titik balik itu segera menyapa, dan benar-benar mengeluarkanku pada putaran semu.

Cahaya, bawa aku pulang dengan titik putih yang terlukis.