Halaman

Senin, 03 Oktober 2011

Pemerhati yang Diperhatikan

Memperhatikan percakapan orangtua dengan salah seorang saudara yang sedang berkunjung ke rumah. Di siang hari yang mempertemukan kelembaban udara yang sangat rendah bercampur dengan suara bising dari lingkungan, menyulutkan hati dan ucapan seorang ayah yang merasa sangat bertanggung jawab dengan keluarganya. Tiap letupan kata-kata yang keluar dari mulut tuanya yang pedas namun sangat membuat hati ini bergetar mendengarnya. Beliau menceritakan keluh kesahnya memimpin keluaraga ini, mulai dari sulitnya membimbing buah hati yang telah beranjak dewasa, mengatur cara istri menikmati tiap atuarannya yang menurutnya sudah sangat benar, bahkan beliau menceritakan tentang kesulitannya saat ini menjadi tulang punggung keluaraga. Pada dasarnya beliau memang sosok seorang ayah yang sangat menyayangi keluarganya lebih dari dirinya sendiri. Namun, entah mengapa rasanya jiwa dan raga ini kurang menerima pola-pola kasih sayang yang dirajutnya dengan ikhlas. Komitmen adalah sebuah perkataan yang direalisasikan tanpa kedustaan, dan dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Tuhanku Yang Maha Satu telah memberikan juataan, milyaran, bahkan mungkin triliyunan kenikmatan pada hamba-Nya, salah satunya adalah nikmat mengerti akan orang lain. Mengacu dari komitmen seorang ayah yang dilanggar olehnya sendiri, menyebabkan hati ini seakan ingin mendobrak rezim seorang ayah yang terlanjur berkuasa penuh dalam keluarga dengan mengabaikan makna demokrasi keluarga ini. Benar, ayah yang satu ini telah melangar komitmen yang diucapkannya sendiri kepada keluarga. Penyimpangan itu semakin menjadi-jadi di kala usianya bertambah saat ini, dan sebagai seorang anak yang tidak ingin menyakiti hati ayahnya sendiri dengan menegurnya bahwa ia sudah melewati garis komitmen yang telah diucapkannya, raga ini pun bungkam akan penyimpangan itu. Semua ini dilakukan atas dasar rasa sayang seorang anak kepada ayahnya yang tidak ingin meluruskan alur tujuan yang terasa sudah berbelok. Bahkan ini semua dilakukan atas dasar ketakutan seorang anak akan hati orang tua yang tersakiti bila mengomentari komitmennya yang sudah busuk di dalam ucapannya sendiri. Jujur, perasaan ini tidak ingin membiarkan bangkai yang ada, menjadi semakin busuk dan bernanah akibat kelakuannya sendiri.

Hanya satu harapan dari pemerhati keluarga ini, berharap apa yang dibicarakan dan apa yang dilakukan seorang seperti beliau, tidak menjadi sia-sia dan tak bermakna di mata keluarga. Keluarga merupakan orgnanisasi kecil yang menyimpan arsip terbanyak di dalam kehidupan, dan tiap arsip yang disimpan memiliki banyak kenangan dan pelajaran lebih dari milyaran bintang di galaksi bimasakti. Jadi tetaplah mengenang untuk belajar menjadi pemerhati yang bisa diperhatikan, tanpa melihat bagaimana sulitnya mengubah arah perhatian orang lain kepada diri ini.
­_still be better than before_

Kamis, 08 September 2011

mengerti, terbukalah !

Hal ini mungkin biasa, tapi dirasa semakin menjadi-jadi. Entah karena sesuatu hal yang telah salah jalan, atau memang karena belum mengerti jalan ini?. Waktu, bisa menjawab semuanya, tetapi menunggu bukanlah sesuatu yang terbaik. Melebur menjadi satu pikiran, dan satu maksud tujuan bukanlah hal yang mudah, karena manusia diciptakan dengan segala perbedaan yang ada. Hal tersulit adalah menjadikan perbedaan itu menjadi satu keutuhan yang sama. Rasa saling pengertian diperlukan tentunya, tetapi bagaimana bisa mengerti jika tidak ada yang diungkap dan terungkap? Hanya menduga-duga, tak tentu benar adanya. Tolong, jangan membuat yang lain merasa bingung dengan keadaan ini. Tolong, ungkapkan sesuatu. Mencoba mengerti, harapnya semoga kau mencoba hal yang sama. Mencoba pahami, harapnya semoga kau mencoba hal yang sama pula.

“Belum tentu berujung di mana. Belum tentu berhenti di mana. Terus ikuti arus waktu, dan sesekali mendayung melawan arus.”

_be better than before_

Kamis, 21 April 2011

Pejuang Kesepian

Berlalu tanpa kusadari, bersimbah darah di kaki mimpi,
tak'kan aku siakan...
Langkah ini terjal menuju mimpi, dan godaan takkan pernah berhenti,
namun 'tak ku hiraukan...
Reff: 
Pejuang itu memang 'slalu kesepian, ibarat kata beranjak
aku 'kan slalu sendiri...
Pejuang itu tak'kan gentar terasingi, ibarat kokohnya hidup
lurus tanpa terbagi...
--cinta dan benci bercampur darah nikamatnya perjuangan itu...
Suatu saat 'kan tiba puncaknya, dan kuraih semua mimpi-mimpiku,
berjuang berjuang...

Reff: 
Pejuang itu memang 'slalu kesepian, ibarat kata beranjak
aku 'kan slalu sendiri...
Pejuang itu tak'kan gentar terasingi, ibarat kokohnya hidup
lurus tanpa terbagi...

Kort: 
C#m G#m A E, C#m G#m A E, AmR

Reff:
E Am D G Bm Em Am D
C D Em Am C D E...Am 

(Cipt. Hadi)

Kamis, 17 Maret 2011

Memaknai egiosnya 18th usiaku

Coba pahami makna hidupku 18th, kesemuan duniawi telah membawaku terombang-ambing di dalam nikmatnya dunia yg fana. Sekilas merenung tuk kembali ke garis tujuan hidup yang sebenarnya. Ku takut rezim imanku pada-Nya bereformasi menjadi jauh lebih buruk dari sbelumnya. Masalah demi masalah tak terhindarkan, mungkin itu semua adalah hasil ramuan sikap iman yg belum pandai mengimankan-Nya.
Jeratan segala masalah mungkin belum semuanya ku cicipi di usiaku ini, tetapi kucoba ceritakan dan kusejarahkan untuk siapapun yang "menikmati" cerita hidupku ini.

Bait demi bait ujian hidup pernah ku jalani dan ku nikmati. Sedih, senang, ragu, bosan, bimbang, iri, dengki, bangga, terharu, suka, sayang, bahkan cinta, dan benci pernah menyeruak tertancap di jiwa raga yang terlahir sebagai manusia-Nya.

Sejauh ujian dan masalah yang pernah kulalui, tak pernah kumerasa masalah yang sepelik ini, hidup terasa pudar dikedamaian hati yang tak kunjung datang, persoalan cinta dan iman saling berlomba membunuh citaku, cita yang diinginkan setiap manusia, menjadi manusia yang bisa menghadapi gejolak hawa nafsu dunia tuk mengindahkan akhirat kelak. 

Terkadang kuberfikir adakah cahaya terang yang membawaku keluar dari lubang lembab yang dingin ini?adakah seseorang yang benar-benar memahamiku tuk membantuku keluar? entah itu teman, sahabat, saudara, orangtua, kekasih, musuh bahkan orang yang belum dikenal sebelumnya?adakah seseorang diantara itu yang benar-benar peduli dan mengajakku menuju revolusi dewasaku? ku yakin suatu hari kelak Tuhanku Yang Maha Super mengirimkan petunjuk-Nya untuk diriku yang sedang tergelut di dalam merahnya pertempuran dunia ini.

Orang bilang dengan kedewasaan, manusia bisa menjalani hidup lebih bermakna dengan tanggung jawbnya. Temanku bilang gunakanlah kedewasaan dan kebocahanmu sesuai yang kau butuhkan tuk jalani hidup ini(fleksibel). Mungkin semua anggapan itu ada benarnya, tapi menurutku gejolak hiduplah yang membawa manusia mengakhiri masalahnya, bukan kematangan dalam kedewasaan atau kemanjaan dalam sifat kebocahan. Hidup itu untuk dijalani dan dilalui sesuai jalurnya, jadi menurutku, biarlah waktu yang menunjukkan kedewasaan, jangan memaksa dan dipaksa untuk jadi dewasa. Ya Allah Tuhanku Yang Maha Super, salahkah bila aku beranggapan seperti itu yg menunggu waktu? jika benar salah, izinkanlah aku tuk menyiapkan senjata kedewasaanku tuk lalui hidup ini dengan penuh harapan yg tak berlebihan, sehingga ku dapat lalui garis api yang padam kelak bila ku lintasi dengan senjataku ini (kedewasaan)

Kamis, 03 Maret 2011

f (Cinta Sesaat)

Pertama ku melihatmu, ku mengerti artinya suka...
saat itu ku mencari, siapakah namamu
Saat ku tau namamu, ku mengrti artinya sayang...
lalu ku kenal dirimu satu nama ku cinta...

reff:
ooh f**d*ku memang kau cinta sesaatku...
ooh f**d*ku sulit ku melupakan namamu...

Apa ku bilang aku merindu, lagu ini tercipta untukmu
Lalu ku bilang sebut namamu, sedkit sembuhkan luka rinduku

Kenangan manis dirimu, menghiasi hidupku...
rasa itu 'kan selalu, jadi bagian hati...
Namun kini ku mencoba, melupakan namamu...
karna kini kau menjadi, milik hati yang lain...

corus:
Bila mungkin itu terjadi lagi, semuanya kembali...
Satu harap ku kau slalu di sini, ingatlah kisah ini...
<back to reff>

kort:
intro1 :
C#m7 Bm7 2x
C#m7 Bm7, C#m7 Bm7
intro2 :
D7 C#m7 Bm7 Dm7
reff :
D7 C#m7 Bm7 E 2x, Bm7 C#m7 Dm7 C#m7/E 2x
Corus: C#m7 F#m7, Bm7 Dm7/E 2x

Senin, 17 Januari 2011

Senyum Terakhir

Hay gadis aku rindu kamu..,
dikala hujan membasahi tubuhku..,
aroma mentari bersinar...
hanyutkan aku dalam kesedihan...,
 

akankah kau kembali untukku...,
disaat benang kenangan terbuang...,
aku ingin kau kembali...
bercerita tentang bulan sempurna...

reff: 

senyum terakhir yang kurindukan...,
hanyutkan aku dalam kesedihan...,
memang kau bukan milikku...,
egoiskah bilaku rindukanmu..
 

mungkin semuanya salah diriku...,
kuabaikan dirimu saat itu...,
maka maafkanlah aku...
yang tak pernah mengertikan dirimu..

corus: 

aku hanya bisa..,
menyentuh wajahmu di mimpi...
tapi satu yang ku inginkan..,
senyum indahmu yang terakhir...



reff: 
senyum terakhir yang kurindukan...,
hanyutkan aku dalam kesedihan...,
memang kau bukan milikku...,
egoiskah bilaku rindukanmu..


Hay gadis aku rindu kamu..,
dikala hujan membasahi tubuhku..,
aroma mentari bersinar...
hanyutkan aku dalam kesedihan...


Kort:
A D E A F#m Bm
 

reff: 
A D E A F#m Bm E A
 

corus: 
C#m F#m Bm E, C#m F#m Bm E
(Cipt.Hadi)

Jumat, 07 Januari 2011

Aku Rindu Kau yang Dulu

ketika kuterjaga dan termenung 
kusadari kini kau telah pergi 
kau kan slalu di hatiku 
ku tak bisa lupa kan kamu...
 

reff: 
ku harap kau tak berubah hancurkan hidupku, 
aku hanya ingin kau tau aku rindu..., 
ku harap engkau mengerti sakitnya hatiku 
aku hanya ingin kau tau aku rindu kau yang dulu...

ketika kuterjaga dan termenung 
kusadari kini kau telah pergi 
kau kan slalu di hatiku 
ku tak bisa lupa kan kamu...
corus: 
bila mungkin semua 'kan kembali lagi...



reff: 
ku harap kau tak berubah hancurkan hidupku, 
aku hanya ingin kau tau aku rindu..., 
ku harap engkau mengerti sakitnya hatiku 
aku hanya ingin kau tau aku rindu kau yang dulu...
aku hanya ingin kau tau aku rindu kau yang dulu...


intro: 
D D7 G A7
D A Bm G..2x, A Bm G A..2x
reff: 

D D7 G A D, G A F#m Bm G A D
corus: 

G A F#m Bm G A E..ref: A A7 D E A, D A C#m F#m D E A

(Cipt. Hadi)