Halaman

Senin, 26 November 2012

Bunga

Bukan kelopak yang ku kejar, bukan bahagia yang ku nikmati. ini sulit, durinya pun terlalu tajam. menusuk dalam yang ku nikmati. semakin dalam, akan semakin sakit, dan semakin ku nikmati itu. "Sungguh, ini fana. Duri nikmat menyayat, kelopak bungkam meredup. Bunga 'kan terus tebarkan itu. mahkota jiwa, terbias dalam kebiruan yg mendalam." 

kumpulan bait itu membirukan hati. hingga akhirnya semua tersadar, akan kemanakah ini semua?

aku tak mengharap cinta, namun kau menghadirkan lebih dari itu. dan ku hentikan cinta, untuk kau tak berharap dari ku, apa pun. ribuan memori terus menyayat pikiranku yang telah terbagi. pandangmu yang memilukan, 'kan terus ternikmat dalam diri ini. maaf, hingga akhirnya kau tak bisa cinta, karna ku tak mau kau mencinta ku. dan memang, ku tak izinkan hatimu tuk mencintaku. kembalilah, terus lukai diri ku, lebih baik dari itu.

seiring rasa, aku lah yang terlalu takut melukai mu. seiring damai, aku lah yang terlalu takut mematahkanmu. bunga, dirimu terlalu lembut untuk membiru. bunga, dirimu terlalu damai untuk bergetar. dan, kembalilah...

jangan biarkan Sang Maha Pencipta keindahan, menghentikan indahmu. jangan biarkan, Sang Maha membiarkanmu melembutkan duri tangkaimu. cinta lah Sang Maha mu, 'kan kuizinkan kau mencintaku kelak.

bunga, kau menebar semuanya...